/* Navigasi Dropdown Menu */ #navdropdownmenu{ background:black; /*Warna Latar Belakang */ width:100%; height:auto; margin:0; padding:0; } #navdropdownmenu ul{ float:left; list-style:none; margin:0; padding:0; } #navdropdownmenu li{ list-style:none; float:left; } #navdropdownmenu li a, #navdropdownmenu li a:link, #navdropdownmenu li a:visited{ color:yellow; /* Warna Teks */ display:block; padding:9px 10px 9px 10px; font-size: 12px; /* Ukuran Teks */ font-family: verdana; /* Jenis font */ text-decoration:none; } #navdropdownmenu li a:hover{ background:yellow; /* Warna latar saat kursor mouse berada di atasnya (hover) */ color:black; /* Warna teks saat kursor mouse berada di atasnya */ padding:9px 10px 9px 10px; } #navdropdownmenu li ul{ z-index:10; position:absolute; height:auto; width:200px; /* Lebar submenu */ border-width:1px 0 0 0; /* Tebal garis pinggir submenu */ border-style:solid; border-color:#ffff66; /* Warna garis pinggir submenu */ } #navdropdownmenu li ul li a, #navdropdownmenu li ul li a:link, #navdropdownmenu li ul li a:visited{ float:none; background:black; /* Warna latar belakang submenu */ width:200px; /* Lebar submenu. Isi dengan nilai yang sama */ border-width:0 1px 1px 1px; /* Tebal garis pinggir submenu */ border-style:solid; border-color:#ffff66; /* Warna garis pinggir submenu */ } #navdropdownmenu li ul li a:hover{ background:yellow; /* Latar belakang submenu ketika kursor mouse berada di atasnya */ color:black; /* Warna teks submenu ketika kursor mouse berada di atasnya */ } #navdropdownmenu li:hover ul, #navdropdownmenu li a:hover ul#submenu, #navdropdownmenu li:hover a:hover ul#submenu{ z-index:10; position:absolute; height:auto; width:200px; /* Lebar submenu */ left:auto; } .ngumpet{ display:none; } .muncul{ display:block; }

4/08/2013

FAIDAH DARI SURAT AL JIN



Faidah Dari Surat Al Jin 7 – 10

Surat Al Jin ayat 7:
وَأَنَّهُمْ ظَنُّوا كَمَا ظَنَنْتُمْ أَنْ لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mereka (jin) menyangka sebagaimana persangkaan kamu (orang-orang kafir Mekah), bahwa Allah sekali-kali tidak akan membangkitkan seorang (Rasul) pun
Faidah:
    https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiHOXRNCs5k01kfWYSvXpLSmlJluh4LY9xPe68f83tgj_cJOzGCz9Fpqyt53J2IbdJOqrzvXOv69fU9Mgs2J9W8Sq_YaFLmPJbx2Px37NZaNWj3HZzVrOVoBPYyrkuoSM6CLqX0PdnZY43c/s1600/Jin.jpg
  1. Sebagian manusia di zaman Jahiliyah dahulu menyangka sudah tidak ada lagi utusan Allah yang akan membawa risalah
  2. Sebagaimana manusia, jin pun ada yang menyangka demikian
  3. Sebagian ahli tafsir menyatakan makna لَنْ يَبْعَثَ اللَّهُ أَحَدًا artinya mereka menyangka tidak akan dibangkitkan kelak di hari kiamat.
  4. Adanya keyakinan bahwa makhluk hidup itu ketika mati maka sudah selesai perkara. Tidak dibangkitkan, tidak ada kelanjutan, tidak ada pertanggung-jawaban. Dan keyakinan ini sudah ada sejak dahulu, bahkan para jin juga berkeyakinan demikian.
  5. Manusia dan jin sederajat, dalam hal akal dan potensi ilmu. Jin pun tidak tahu agama yang benar dan keyakinan yang benar jika tidak diberi tahu.
  6. Perkara gaib ada 2: gaib nisbi dan gaib mutlak. Gaib nisbi, karena tidak diketahui sebagian, namun diketahui oleh sebagian yang lain, misal: benda yang ada di balik tembok. Gaib mutlak hanya Allah yang tahu, misal: kapan kiamat terjadi.
  7. Jin, walaupun dia makhluk gaib, tetap tidak tahu perkara gaib mutlak. Dalam kasus ini jin tidak tahu apa yang akan terjadi setelah mati.
  8. Ayat ini dalil bahwa hari kebangkitan itu ada.
  9. Jin bisa mati dan juga akan dibangkitkan kembali sebagaimana manusia.
Surat Al Jin ayat 8:
وَأَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاءَ فَوَجَدْنَاهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيدًا وَشُهُبًا
dan sesungguhnya kami pernah datang ke langit dan mencoba mengetahui (rahasia) langit, namun kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api
Faidah:
  1. Sebagian jin bisa terbang ke langit
  2. Di langit ada penjaga-penjaga
  3. Para ahli tafsir menjelaskan, sebelum Rasulullah di utus, para jin bisa leluasa duduk-duduk di langit lalu terkadang mengetahui berita-berita langit sesuai yang Allah kehendaki untuk mereka ketahui.
  4. Namun setelah Rasulullah di utus, langit dijaga ketat dan ada panah api yang menghujam mereka, sehingga tidak mudah untuk mencuri berita langit.
  5. Sebagian ahli tafsir menjelaskan, hikmah dari hal tersebut adalah untuk menutup peluang bagi manusia untuk mempercayai perkataan para dukun yang membuat manusia ragu atau bahkan menentang isi dari Al Qur’an.
  6. Kata لمس yang arti zhahirnya adalah ‘menyentuh’, terkadang artinya ‘mendatangi untuk melakukan sesuatu’.
Surat Al Jin ayat 9:
وَأَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِ فَمَنْ يَسْتَمِعِ الْآنَ يَجِدْ لَهُ شِهَابًا رَصَدًا
dan sesungguhnya kami (para jin) dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu untuk mendengar-dengarkan (berita-beritanya). Tetapi sekarang barang siapa yang (mencoba) mendengar-dengarkan (seperti itu) tentu akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya)
Faidah:
  1. Sebagian jin bisa terbang ke langit
  2. Ada tempat-tempat di langit yang dapat diduduki jin
  3. Ayat ini menjelaskan bagaimana cara para jin mendapatkan berita langit, namun setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam di utus mereka tidak dapat melakukan cara demikian lagi dengan mudah
  4. Di langit ada panah-panah api yang bisa melukai jin
Surat Al Jin ayat 10:
وَأَنَّا لَا نَدْرِي أَشَرٌّ أُرِيدَ بِمَنْ فِي الْأَرْضِ أَمْ أَرَادَ بِهِمْ رَبُّهُمْ رَشَدًا
Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui (dengan adanya penjagaan itu) apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi ataukah Tuhan mereka menghendaki kebaikan bagi mereka
Faidah:
  1. Jin asalnya tidak memiliki kemampuan mengetahui perkara gaib mutlak semisal kapan kiamat, kapan si fulan meninggal, apa yang terjadi pada si fulan besok, dan semacamnya.
  2. Jin menetapkan sifat Al Iradah bagi Allah, yaitu bahwa Allah itu berkehendak.
  3. Dahulu jin bisa tahu sebagian perkara gaib yang memang dikehendaki Allah untuk mereka ketahui, berkaitan dengan keburukan atau kebaikan yang akan terjadi pada makhluk di bumi, yaitu cara dengan terbang ke langit dan mendengar berita langit di sana. Namun setelah Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam diutus mereka tidak dapat melakukan hal demikian lagi.
  4. Jin ini mengabarkan bahwa ketika dahulu dia bisa mendengar kabar dari langit, maka yang dia dengar berupa takdir Allah terhadap makhluk-Nya terbagi menjadi dua macam tujuan, ar rasyad dan asy syarr. Bisa jadi Allah ingin memberikan petunjuk dan kebaikan dibalik itu, bisa jadi juga merupakan adzab dan istidraj yang menambah poin buruk bagi kita di hadapan-Nya.
  5. Dalam ayat ini jin menggunakan kata ar rasyad (hidayah/petunjuk) sebagai lawan dari asy syarr (keburukan), bukan al khair (kebaikan). Ini menunjukkan bahwa jin ini paham benar bahwa hidayah dari Allah merupakan bentuk kebaikan dari Allah, bahkan seutama-utamanya kebaikan.
  6. Jin yang sedang berbicara tersebut memiliki adab yang bagus terhadap Allah, yaitu ketika menceritakan tentang takdir buruk, ia tidak menyebutkan fa’il-nya dan tidak menyandarkannya kepada Allah walaupun ia tahu pasti itu terjadi atas kehendak dan kuasa Allah.

TEHNIK HAFALAN AL - QUR'AN

 http://ervakurniawan.files.wordpress.com/2011/11/quran-2.jpg
Sesuatu yang paling berhak dihafal adalah Al Qur’an, karena Al Qur’an adalah Firman Allah, pedoman hidup umat Islam, sumber dari segala sumber hukum, dan bacaan yang paling sering diulang-ulang oleh manusia. Oleh Karenanya, seorang penuntut ilmu hendaknya meletakan hafalan Al Qur’an sebagai prioritas utamanya. Berkata Imam Nawawi : “ Hal Pertama (yang harus diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu) adalah menghafal Al Quran, karena dia adalah ilmu yang terpenting, bahkan para ulama salaf tidak akan mengajarkan hadits dan fiqh kecuali bagi siapa yang telah hafal Al Quran. Kalau sudah hafal Al Quran jangan sekali- kali menyibukan diri dengan hadits dan fikih atau materi lainnya, karena akan menyebabkan hilangnya sebagian atau bahkan seluruh hafalan Al Quran. “ (Imam Nawawi, Al Majmu’,(Beirut, Dar Al Fikri, 1996) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66))
Di bawah ini beberapa langkah efektif untuk menghafal Al Qur’an yang disebutkan para ulama, diantaranya adalah sebagai berikut :
Langkah Pertama : Pertama kali seseorang yang ingin menghafal Al Qur’am hendaknya mengikhlaskan niatnya hanya karena Allah saja. Dengan niat ikhlas, maka Allah akan membantu anda dan menjauhkan anda dari rasa malas dan bosan. Suatu pekerjaan yang diniatkan ikhlas, biasanya akan terus dan tidak berhenti. Berbeda kalau niatnya hanya untuk mengejar materi ujian atau hanya ingin ikut perlombaan, atau karena yang lain.
Langkah Kedua : Hendaknya setelah itu, ia melakukan Sholat Hajat dengan memohon kepada Allah agar dimudahkan di dalam menghafal Al Qur’an. Waktu sholat hajat ini tidak ditentukan dan doa’anyapun diserahkan kepada masing-masing pribadi. Hal ini sebagaimana yang diriwayat Hudzaifah ra, yang berkata :
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى
“ Bahwasanya Rosulullah saw jika ditimpa suatu masalah beliau langsung mengerjakan sholat. “
Langkah Ketiga : Memperbanyak do’a untuk menghafal Al Qur’an.
Do’a ini memang tidak terdapat dalam hadits, akan tetapi seorang muslim bisa berdo’a menurut kemampuan dan bahasanya masing-masing. Mungkin anda bisa berdo’a seperti ini :
اللهم وفقني لحفظ القرآن الكريم ورزقني تلاوته أناء الليل وأطراف النهار على الوجه الذي يرضيك عنا يا أرحم الراحمين .
“Ya Allah berikanlah kepada saya taufik untuk bisa menghafal Al Qur’an, dan berilah saya kekuatan untuk terus membacanya siang dan malam sesuai dengan ridhal dan tuntunan-Mu , wahai Yang Maha Pengasih “.
Langkah Keempat : Menentukan salah satu metode untuk menghafal Al Qur’an. Sebenarnya banyak sekali metode yang bisa digunakan untuk menghafal Al Qur’an, Masing-masing orang akan mengambil metode yang sesuai dengan dirinya. Akan tetapi di sini hanya akan disebutkan dua metode yang sering dipakai oleh sebagian kalangan, dan terbukti sangat efektif :
Metode Pertama : Menghafal per satu halaman ( menggunakan Mushaf Madinah ). Kita membaca satu lembar yang mau kita hafal sebanyak tiga atau lima kali secara benar, setelah itu kita baru mulai menghafalnya. Setelah hafal satu lembar, baru kita pindah kepada lembaran berikutnya dengan cara yang sama. Dan jangan sampai pindah ke halaman berikutnya kecuali telah mengulangi halaman- halaman yang sudah kita hafal sebelumnya. Sebagai contoh : jika kita sudah menghafal satu lembar kemudian kita lanjutkan pada lembar ke-dua, maka sebelum menghafal halaman ke-tiga, kita harus mengulangi dua halaman sebelumnya. Kemudian sebelum menghafal halaman ke-empat, kita harus mengulangi tiga halaman yang sudah kita hafal. Kemudian sebelum meghafal halaman ke-lima, kita harus mengulangi empat halaman yang sudah kita hafal. Jadi, tiap hari kita mengulangi lima halaman : satu yang baru, empat yang lama. Jika kita ingin menghafal halaman ke-enam, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman dua, tiga, empat dan lima. Untuk halaman satu kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali. Jika kita ingin menghafal halaman ke-tujuh, maka kita harus mengulangi dulu empat halaman sebelumnya, yaitu halaman tiga, empat, lima, dan enam. Untuk halaman satu dan dua kita tinggal dulu, karena sudah terulangi lima kali, dan begitu seterusnya.
Perlu diperhatikan juga, setiap kita menghafal satu halaman sebaiknya ditambah satu ayat di halaman berikutnya, agar kita bisa menyambungkan hafalan antara satu halaman dengan halaman berikutnya.
Metode Kedua : Menghafal per- ayat , yaitu membaca satu ayat yang mau kita hafal tiga atau lima kali secara benar, setelah itu, kita baru menghafal ayat tersebut. Setelah selesai, kita pindah ke ayat berikutnya dengan cara yang sama, dan begiu seterusnya sampai satu halaman. Akan tetapi sebelum pindah ke ayat berikutnya kita harus mengulangi apa yang sudah kita hafal dari ayat sebelumnya. Setelah satu halaman, maka kita mengulanginya sebagaimana yang telah diterangkan pada metode pertama.
Untuk memudahkan hafalan juga, kita bisa membagi Al Qur’an menjadi tujuh hizb ( bagian ) :
  1. Surat Al Baqarah sampai Surat An Nisa’
  2. Surat Al Maidah sampai Surat At Taubah
  3. Surat Yunus sampai Surat An Nahl
  4. Surat Al Isra’ sampai Al Furqan
  5. Surat As Syuara’ sampai Surat Yasin
  6. Surat As Shoffat sampai Surat Al Hujurat
  7. Surat Qaf sampai Surat An Nas
Boleh juga dimulai dari bagian terakhir yaitu dari Surat Qaf sampai Surat An Nas, kemudian masuk pada bagian ke-enam dan seterusnya.
Langkah Kelima : Memperbaiki Bacaan.
Sebelum mulai menghafal, hendaknya kita memperbaiki bacaan Al Qur’an agar sesuai dengan tajwid. Perbaikan bacaan meliputi beberapa hal, diantaranya :
a/ Memperbaiki Makhroj Huruf. Seperti huruf ( dzal) jangan dibaca ( zal ), atau huruf ( tsa) jangan dibaca ( sa’ ) sebagaimana contoh di bawah ini :
ثم —— > سم / الذين —- > الزين
b/ Memperbaiki Harakat Huruf . Seperti yang terdapat dalam ayat-ayat di bawah ini :
1/ وَإِذِ ابْتَلَىإِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمات ( البقرة : 124 ) —- > )إبراهيمُ ﴾
2/ وَكُنْت ُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِيكُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ ( المائدة : 116 )
وَكُنْت ُ < ——— > كُنْتَ
3/ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْيتَّبَعَ أَمْ مَنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى (ونس : 35 ) —- > أم من لا يَهْدِي
4/ رَبَّنَا أَرِنَا الَّذَيْنِ أَضَلَّانَا مِنَالْجِنِّ وَالْإِنْسِ ( فصلت :29 ) —– > الَّذِين
5/ فَكَانَ عَاقِبَتَهُمَا أَنَّهُمَا فِيالنَّارِ خَالِدَيْنِ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ ﴾ الحشر: 17) —– > خالدِين فيها
Langkah Keenam : Untuk menunjang agar bacaan baik, hendaknya hafalan yang ada, kita setorkan kepada orang lain, agar orang tersebut membenarkan jika bacaan kita salah. Kadang, ketika menghafal sendiri sering terjadi kesalahan dalam bacaan kita, karena kita tidak pernah menyetorkan hafalan kita kepada orang lain, sehingga kesalahan itu terus terbawa dalam hafalan kita, dan kita menghafalnya dengan bacaan tersebut bertahun-tahun lamanya tanpa mengetahui bahwa itu salah, sampai orang lain yang mendengarkannya akhirnya memberitahukan kesalahan tersebut.
Langkah Ketujuh : Faktor lain agar bacaan kita baik dan tidak salah, adalah memperbanyak untuk mendengar kaset-kaset bacaan Al Qur’an murattal dari syekh yang mapan dalam bacaannya. Kalu bisa, tidak hanya sekedar mendengar sambil mengerjakan pekerjaan lain, akan tetapi mendengar dengan serius dan secara teratur. Untuk diketahui, akhir-akhir ini – alhamdulillah – banyak telivisi-telelivisi parabola yang menyiarkan secara langsung pelajaran Al Qur’an murattal dari seorang syekh yang mapan, diantaranya adalah acara di televisi Iqra’ . Tiap pekan terdapat siaran langsung pelajaran Al Qur’an yang dipandu oleh Syekh Aiman Ruysdi seorang qari’ yang mapan dan masyhur, kitapun bisa menyetor bacaan kita kepada syekh ini lewat telpun. Rekaman dari acara tersebut disiarkan ulang setiap pagi. Selain itu, terdapat juga di channel ” Al Majd “, dan channel- channel televisi lainnya. Acara-acara tersebut banyak membantu kita di dalam memperbaiki bacaan Al Qur’an.
Langkah Kedelapan : Untuk menguatkan hafalan, hendaknya kita mengulangi halaman yang sudah kita hafal sesering mungkin, jangan sampai kita sudah merasa hafal satu halaman, kemudian kita tinggal hafalan tersebut dalam tempo yang lama, hal ini akan menyebabkan hilangnya hafalan tersebut. Diriwayatkan bahwa Imam Ibnu Abi Hatim, seorang ahli hadits yang hafalannya sangat terkenal dengan kuatnya hafalannya. Pada suatu ketika, ia menghafal sebuah buku dan diulanginya berkali-kali, mungkin sampai tujuh puluh kali. Kebetulan dalam rumah itu ada nenek tua. Karena seringnya dia mengulang-ulang hafalannya, sampai nenek tersebut bosan mendengarnya, kemudian nenek tersebut memanggil Ibnu Abi Hatim dan bertanya kepadanya : Wahai anak, apa sih yang sedang engkau kerjakan ? “ Saya sedang menghafal sebuah buku “ , jawabnya. Berkata nenek tersebut : “ Nggak usah seperti itu, saya saja sudah hafal buku tersebut hanya dengan mendengar hafalanmu.” . “ Kalau begitu, saya ingin mendengar hafalanmu “ kata Ibnu Abi Hatim, lalu nenek tersebut mulai mengeluarkan hafalannya. Setelah kejadian itu berlalu setahun lamanya, Ibnu Abi Hatim datang kembali kepada nenek tersebut dan meminta agar nenek tersebut menngulangi hafalan yang sudah dihafalnya setahun yang lalu, ternyata nenek tersebut sudah tidak hafal sama sekali tentang buku tersebut, dan sebaliknya Ibnu Abi Hatim, tidak ada satupun hafalannya yang lupa. Cerita ini menunjukkan bahwa mengulang-ulang hafalan sangatlah penting. Barangkali kalau sekedar menghafal banyak orang yang bisa melakukannya dengan cepat, sebagaimana nenek tadi. Bahkan kita sering mendengar seseorang bisa menghafal Al Qur’an dalam hitungan minggu atau hitungan bulan, dan hal itu tidak terlalu sulit, akan tetapi yang sulit adalah menjaga hafalan dan mengulanginya secara kontinu.
Langkah Kesembilan : Faktor lain yang menguatkan hafalan adalah menggunakan seluruh panca indra yang kita miliki. Maksudnya kita menghafal bukan hanya dengan mata saja, akan tetapi dibarengi dengan membacanya dengan mulut kita, dan kalau perlu kita lanjutkan dengan menulisnya ke dalam buku atau papan tulis. Ini sangat membantu hafalan seseorang. Ada beberapa teman dari Marokko yang menceritakan bahwa cara menghafal Al Qur’an yang diterapkan di sebagian daerah di Marokko adalah dengan menuliskan hafalannya di atas papan kecil yang dipegang oleh masing-masing murid, setelah mereka bisa menghafalnya di luar kepala, baru tulisan tersebut dicuci dengan air.
Langkah Kesepuluh : Menghafal kepada seorang guru.
Menghafal Al Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan mapan dalam Al Qur’an adalah sangat diperlukan agar seseorang bisa menghafal dengan baik dan benar. Rosulullah saw sendiri menghafal Al Qur’an dengan Jibril as, dan mengulanginya pada bulan Ramadlan sampai dua kali katam.
Langkah Kesebelas : Menggunakan satu jenis mushaf Al Qur’an dan jangan sekali-kali pindah dari satu jenis mushaf kepada yang lainnya.Karena mata kita akan ikut menghafal apa yang kita lihat. Jika kita melihat satu ayat lebih dari satu posisi, jelas itu akan mengaburkan hafalan kita. Masalah ini, sudah dihimbau oleh salah seorang penyair dalam tulisannya :
العين تحفظ قبل الأذن ما تبصر فاختر لنفسك مصحف عمرك الباقي .
“ Mata akan menghafal apa yang dilihatnya- sebelum telinga- , maka pilihlah satu mushaf untuk anda selama hidupmu.”
Yang dimaksud jenis mushaf di sini adalah model penulisan mushaf. Di sana ada beberapa model penulisan mushaf, diantaranya adalah : Mushaf Madinah atau terkenal dengan Al Qur’an pojok, satu juz dari mushaf ini terdiri dari 10 lembar, 20 halaman, 8 hizb, dan setiap halaman dimulai dengan ayat baru. Mushaf Madinah ( Mushaf Pojok ) ini paling banyak dipakai oleh para pengahafal Al Qur’an, banyak dibagi-bagikan oleh pemerintah Saudi kepada para jama’ah haji. Cetakan-cetakan Al Qur’an sekarang merujuk kepada model mushaf seperti ini. Dan bentuk mushaf seperti ini paling baik untuk dipakai menghafal Al Qur’an.
Di sana ada model lain, seperti mushaf Al Qur’an yang dipakai oleh sebagian orang Mesir, ada juga mushaf yang dipakai oleh sebagain orang Pakistan dan India, bahkan ada model mushaf yang dipakai oleh sebagian pondok pesantren tahfidh Al Qur’an di Indonesia yang dicetak oleh Manar Qudus , Demak.
Langkah Keduabelas : Pilihlah waktu yang tepat untuk menghafal, dan ini tergantung kepada pribadi masing-masing. Akan tetapi dalam suatu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, disebutkan bahwasanya Rosulullah saw bersabda :
إن الدين يسر ، ولن يشاد الدين أحد إلا غلبه ، فسددوا وقاربوا و أبشروا ، واستعينوا بالغدوة والروحة وشئ من الدلجة
“ Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada yang mempersulit diri dalam agama ini kecuali dia akan capai sendiri, makanya amalkan agama ini dengan benar, pelan-pelan, dan berilah kabar gembira, serta gunakan waktu pagi, siang dan malam ( untuk mengerjakannya ) “ ( HR Bukhari )
Dalam hadist di atas disebutkan waktu pagi ,siang dan malam, artinya kita bisa menggunakan waktu-waktu tersebut untuk menghafal Al Qur’an. Sebagai contoh : di pagi hari, sehabis sholat subuh sampai terbitnya matahari, bisa kita gunakan untuk menghafal Al Qur’an atau untuk mengulangi hafalan tersebut, waktu siang siang, habis sholat dluhur, waktu sore habis sholat Ashar, waktu malam habis sholat Isya’ atau ketika melakukan sholat tahajud dan seterusnya.
Langkah Ketigabelas : Salah satu waktu yang sangat tepat untuk melakukan pengulangan hafalan adalah waktu ketika sedang mengerjakan sholat –sholat sunnah, baik di masjid maupun di rumah. Hal ini dikarenakan waktu sholat, seseorang sedang konsentrasi menghadap Allah, dan konsentrasi inilah yang membantu kita dalam mengulangi hafalan. Berbeda ketika di luar sholat, seseorang cenderung untuk bosan berada dalam satu posisi, ia ingin selalu bergerak, kadang matanya menengok kanan atau kiri, atau kepalanya akan menengok ketika ada sesuatu yang menarik, atau bahkan kawannya akan menghampirinya dan mengajaknya ngobrol . Berbeda kalau seseorang sedang sholat, kawannya yang punya kepentingan kepadanya-pun terpaksa harus menunggu selesainya sholat dan tidak berani mendekatinya, dan begitu seterusnya.
Langkah Keempatbelas : Salah satu faktor yang mendukung hafalan adalah memperhatikan ayat-ayat yang serupa (mutasyabih) . Biasanya seseorang yang tidak memperhatikan ayat-ayat yang serupa ( mutasyabih ), hafalannya akan tumpang tindih antara satu dengan lainnya. Ayat yang ada di juz lima umpamanya akan terbawa ke juz sepuluh. Ayat yang mestinya ada di surat Surat Al-Maidah akan terbawa ke surat Al-Baqarah, dan begitu seterusnya. Di bawah ini ada beberapa contoh ayat-ayat serupa ( mutasyabihah ) yang seseorang sering melakukan kesalahan ketika menghafalnya :
- ﴿ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ ﴾ البقرة 173 < ———— > ﴿ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ ) المائدة 3 ، والأنعام 145، و النحل 115
- ( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير الحق ) البقرة : 61
( إن الذين يكفرون بآيات اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّين بغير حق ) آل عمران : 21
( ذلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الأنبياء بغير حق ) آل عمرن : 112
Untuk melihat ayat –ayat mutasyabihat seperti ini secara lebih lengkap bisa dirujuk buku – buku berikut :
  • Duurat At Tanzil wa Ghurrat At Ta’wil fi Bayan Al Ayat Al Mutasyabihat min Kitabillahi Al Aziz , karya Al Khatib Al Kafi.
  • Asrar At Tikrar fi Al Qur’an, karya : Mahmud bin Hamzah Al Kirmany.
  • Mutasyabihat Al Qur’an, Abul Husain bin Al Munady
  • ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, karya Abu Dzar Al Qalamuni
Langkah Kelimabelas : Setelah hafal Al Qur’an, jangan sampai ditinggal begitu saja. Banyak dari teman-teman yang sudah menamatkan Al Qur’an di salah satu pondok pesantren, setelah keluar dan sibuk dengan studinya yang lebih tinggi, atau setelah menikah atau sudah sibuk pada suatu pekerjaan, dia tidak lagi mempunyai program untuk menjaga hafalannya kembali, sehingga Al-Qur’an yang sudah dihafalnya beberapa tahun di pesantren akhirnya hanya tinggal kenangan saja. Setelah ditinggal lama dan sibuk dengan urusannya, ia merasa berat untuk mengembalikan hafalannya lagi. Fenomena seperti sangat banyak terjadi dan hal itu sangat disayangkan sekali. Boleh jadi, ia mendapatkan ijazah sebagai seorang yang bergelar ” hafidh ” atau ” hafidhah “, akan tetapi jika ditanya tentang hafalan Al- Qur’an, maka jawabannya adalah nihil.
Yang paling penting dalam hal ini bukanlah menghafal, karena banyak orang bisa menghafal Al Qur’an dalam waktu yang sangat singkat, akan tetapi yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga hafalan tersebut agar tetap terus ada dalam dada kita. Di sinilah letak perbedaan antara orang yang benar-benar istiqamah dengan orang yang hanya rajin pada awalnya saja. Karena, untuk menjaga hafalan Al Qur’an diperlukan kemauan yang kuat dan istiqamah yang tinggi. Dia harus meluangkan waktunya setiap hari untuk mengulangi hafalannya. Banyak cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an, masing-masing tentunya memilih yang terbaik untuknya. Diantara cara untuk menjaga hafalan Al Qur’an adalah sebagai berikut :
  • Mengulangi hafalan menurut waktu sholat lima waktu. Seorang muslim tentunya tidak pernah meninggalkan sholat lima waktu, hal ini hendaknya dimanfaatkan untuk mengulangi hafalannya. Agar terasa lebih ringan, hendaknya setiap sholat dibagi menjadi dua bagian, sebelum sholat dan sesudahnya. Sebelum sholat umpamanya :i sebelum adzan, dan waktu antara adzan dan iqamah. Apabila dia termasuk orang yang rajin ke masjid, sebaiknya pergi ke masjid sebelum adzan agar waktu untuk mengulangi hafalannya lebih panjang. Kemudian setelah sholat, yaitu setelah membaca dzikir ba’da sholat atau dzikir pagi pada sholat shubuh dan setelah dzkir sore setelah sholat Ashar. Seandainya saja, ia mampu mengulangi hafalannya sebelum sholat sebanyak seperempat juz dan sesudah sholat seperempat juz juga, maka dalam satu hari dia bisa mengulangi hafalannya sebanyak dua juz setengah. Kalau bisa istiqamah seperti ini, maka dia bisa menghatamkan hafalannya setiap dua belas hari, tanpa menyita waktunya sama sekali. Kalau dia bisa menyempurnakan setengah juz setiap hari pada sholat malam atau sholat-sholat sunnah lainnya, berarti dia bisa menyelesaikan setiap harinya tiga juz, dan bisa menghatamkan Al Qur’an pada setiap sepuluh hari sekali. Banyak para ulama dahulu yang menghatamkan hafalannya setiap sepuluh hari sekali.
  • Ada sebagian orang yang mengulangi hafalannya pada malam saja, yaitu ketika ia mengerjakan sholat tahajud. Biasanya dia menghabiskan sholat tahajudnya selama dua jam. Cuma kita tidak tahu, selama dua jam itu berapa juz yang ia dapatkan. Menurut ukuran umum, kalau hafalannya lancar, biasanya ia bisa menyelesaikan satu juz dalam waktu setengah jam. Berarti, selama dua jam dia bisa menyelesaikan dua sampai tiga juz dengan dikurangi waktu sujud dan ruku.
  • Ada juga sebagian teman yang mengulangi hafalannya dengan cara masuk dalam halaqah para penghafal Al Qur’an. Kalau halaqah tersebut berkumpul setiap tiga hari sekali, dan setiap peserta wajib menyetor hafalannya kepada temannya lima juz berarti masing-masing dari peserta mampu menghatamkan Al Qur’an setiap lima belas hari sekali. Inipun hanya bisa terlaksana jika masig-masing dari peserta mengulangi hafalannya sendiri-sendiri dahulu.
Referensi:
  1. Hadist riwayat Abu Daud ( no : 1319 ), dishohihkan oleh Syekh Al Bani dalam Shohih Sunan Abu Daud , juz I, hal. 361
  2. Untuk mengetahui secara lebih lengkap tentang derajat hadits tersebut bisa dirujuk : Abu Umar Abdullah bin Muhammad Al Hamadi, Al Asinatu Al Musyri’atu fi At Tahdhir min As Solawat Al Mubtadi’ah, ( Kairo, Maktabah At Tabi’in, 2002 ) Cet Pertama, hal. 97 -120
  3. Ibid, hal.21-39
  4. Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Ashal Nidham Li Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Maktabah Al Islamiyah, 2002 ) Cet. Ke-Tiga, Hal. 13
  5. Ali bin Umar Badhdah, Kaifa Tahfadu Al Qur’an, hal. 6
  6. Ibid. hal 12
  7. Abu Dzar Al Qalamuni, ‘Aunu Ar Rahman fi Hifdhi Al Qur’an, ( Kairo, Dar Ibnu Al Haitsam, 1998 ) Cet Pertama, hal.16
  8. Abu Abdur Rahman Al Baz Taufiq, Op. Cit, Hal. 15
  9. Imam Nawawi, Al Majmu’,( Beirut, Dar Al Fikri, 1996 ) Cet. Pertama, Juz : I, hal : 66

PAHALA ORANG YANG BERSODAKOH

Seperti Sebutir benih yang Menumbuhkan Tujuh Bulir

Al-qur’an membuat perumpamaan bagi orang yang bersedekah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Hal ini karena begitu banyaknya pahala yang diterima oleh orang yang bersedekah.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-igyKiiToNzFB8Av9BeVeqLzpV92wK_CFslO8MBSWHJObjt6zFUIziGgskI18FhhKPmvS2YaNLOdm-spXJcABbZYCkuplTTEwGlTAb3L5JJTi56GbT6oL9RECrdOjAA8v4zhYc4U_RHA/s1600/gambar-sedekah.jpgBanyak hadis maupun ayat-ayat al-qur’an yang menginterpretasikan tentang dilipatgandakannya pahala orang yang bersedekah. Sebab sedekah itu merupakan bentuk kepedulian sosial, membantu orang yang sedang membutuhkan, menolong fakir miskin, sekaligus menghilangkan sifat rakus, egois dan materialistis yang bercokol di dalam jiwa. Tentu saja sedekah yang dilakukan itu harus didasari denga keikhlasan tanpa mengharapkan imbalan uang sepeserpun, juga harapan-harapan lain yang disandarkan kepada selain Allah. Bila sedekah ini dilakukan dengan benar sesuai dengan ketentuan syari’at, insya Allah pahala yang diterimanya berlipat ganda, sampai Allah menganalogikan banyaknya pahala orang yang bersedekah itu seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya dalam surat al-Baqarah ayat 261 yang artinya : “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah. Adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”
Di dalam kitab Durratun Nashihin ada keterangan sebagai berikut: Bahwa sedekah itu ada empat macam, di antaranya:
  1. Sedekah yang balasan pahalanya sebanyak sepuluh kali lipat adalah sedekah yang diberikan kepada orang-orang fakir.
  2. Sedekah yang balasan pahalanya sebanyak tujuh puluh kali lipat adalah sedekah yang diberikan kepada sanak famili (yang masih ada hubungan keluarga).
  3. Sedekah yang balasan pahalanya sebanyak tujuh ratus kali lipat adalah sedekah yang diberikan kepada teman-temannya.
  4. Sedekah yang balasan pahalanya sebanyak tujuh ribu kali lipat adalah sedekah yang diberikan kepada orang yang menuntut ilmu.
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang diminta karena Allah, lalu memberi maka tujuh puluh kebaikan ditulis untuknya.” (HR. Baihaqi)
Abu Hurairah ra pernah berkata: Rasulullah saw pernah bersabda: “Seorang lelaki yang membuka pintu sedekah atau menyambung sanak, niscaya Allah akan menambah banyak kekayaannya. Dan seseorang yang membuka pintu untuk minta-minta dengan maksud menumpuk kekayaannya, niscaya Allah akan menambah kefakirannya.”
Ibnu Umar ra berkata: Rasulullah saw pernah bersabda: “Apakah yang memberatkan seseorang diantara kamu bila hendak bersedekah senuat diniati untuk kedua orang tuanya (yang sudah meninggal dunia) bila mereka orang-orang Islam. Jadi pahala sedekah itu akan dimiliki oleh mereka. Dan untuk dia juga diberi pahala yang sama dengan pahala yang mereka terima tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun.”
Dan masih banyak lagi hadis maupun ayat al-qur’an yang membahas tentang keutamaan dan pahala sedekah.
Seperti Kebuh yang Terletak di Dataran Tinggi yang Disirami dengan Hujan Lebat
Orang yang bersedekah oleh al-qur’an juga digambarkan seperti sebuah perkebunan yang terletak di daratan tinggi yang disirami oleh hujan lebat. Ini merupakan salah satu gambaran tentang begitu banyaknya pahala yang diterima oleh orang yang bersedekah itu, sehingga digambarkan seperti tanaman yang berada dalam area perkebunan. Sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam surat al-Baqarah ayat 256 yang artinya : “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridlaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disirami oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai).”
Perumpamaan yang diketengahkan al-qur’an di atas mengindikasikan berapa besarnya pahala yang diperoleh oleh orang yang bersedekah, sampai diumpamakan seperti kebuh yang penuh dengan tanaman yang berbuah. Hal ini menandakan bahwa sedekah itu merupakan perbuatan yang mulia dan cermin dari kepribadian orang yang berakhlak terpuji, yang peduli terhadap orang lain, yang menolong dan membantu terhadap segala aktifitas mauun kegiatan yang mengarah pada kepentingan ukhrawi.
Sahabat Abu Hurairah ra berkata: Bahwasanya Rasulullah saw pernah bersabda:
“Bersedekah itu mencegah mati dalam keadaan jelek.” (HR. Al-Qudha’i)
Ugbah bun Amir berkata: Rasulullah saw telah bersabda:
“Sesungguhnya memberi sedekah itu bisa memadamkan panasnya kubur yang akan dialami ileh pemberinya, sesungguhnya seorang mukmin hanya berlindung di bawah naungan sedekah.” (HR. Thabrani)
Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah saw pernah bersabda:
“Barangsiapa memberi makan kepada saudaranya yang muslim dengan makanan yang disenanginya maka Allah mengharamkan dirinya disiksa dengan api neraka.” (HR. Al-Baihaqi)
Ibnu Abbas ra berkata:
“Setiap orang muslim yang memberi pakaian kepada orang muslim yang lainnya maka akan dipelihara oleh Allah Yang Maha Tinggi selama kain tiu berada di tangan orang yang diberi.” (HR. An-Nasa’i)
Abu Sa’id al-Khudri ra berkata: “Setiap oarng mikmin yang memberi makan orang mukmin lain yang kelaparan maka pada hari kiamat kelak Allah akan memberi makan kepadanya dari buah-buahan surga. Dan setiap orang mukmin yang memberi minum kepada orang mukmin lain yang sedang kehausan, maka pada hari kiamat kelak Allah akan memberinya minuman dari cukak murni yang masih bersegel. Dan setiap orang mukmin yang memberi pakaian pada orang mukmin lain yang telanjang maka pada hari kiamat kelak Allah akan memberinya pakaian surga.” (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud)
Ibnu Umar ra berkata: “Banyak sekali bidadari yang bermata jeli, dimana maskawinnya hanya sedekah segenggam gandum atau segenggam kurma.” (HR. Uqaili)
Abu Sa’id ra berkata: Rasulullah saw pernah bersabda: “Sesungguhnya orang yang bersedekah satu dirham diwaktu hidupnya dan masih dalam keadaan sehat, adalah lebih baik daripada sedekah seratus dirham ketika akan mati.”
Haritsah ra berkata: Rasulullah saw pernah bersabda: “Bersedekahlah kalian, kelak akan datang kepada kalian suatu masa dimana seorang lelaki berjalan dengan sedekahnya, lantas orang yang didatanginya untuk diberi sedekah berkata: “Seandainya kamu datang kemarin, niscaya aku akan menerimanya. Untuk sekarang kau tidak membutuhkan.” Lantas ia tidak menjumpai orang yang mau menerima sedekahnya.”
Salman bin Amir ra berkata: “Sedekah yang diberikan kepada orang miskin adalah sedekah biasa. Namun bila diberikan kepada familinya maka termasuk sedekah dan menyambung tali persaudaraan.”
Demikianlah pahala dan keutamaan orang yang bersedekah. Masih banyak lagi badis maupun fatwa ulama yang menerangkan tentang besarnya pahala, keutamaan dan balasan rizki dari Allah bagi orang yang gemar bersedekah. Besarnya pahala yang diterima oleh orang yang bersedekah seperti diumpamakan oleh al-qur’an: “Seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,” juga “bagaikan kebun yang terletak di dataran tinggi yang disirami oleh hujan lebat” sehingga dapat menumbuhkan beraneka macam tanaman yang menghasilkan buah-buahan dalam jumlah yang banyak sekali.
Meskipun demikian besar pahala orang yang bersedekah, tetapi masih banyak muslimin yang tidak mau melakukannya. Orang-orang seperti ini biasanya jiwanya telah terbelenggu oleh penyakit hubbud dunya. Mudah-mudahan Allah membuka mata hati kita sehingga kita menjadi insan yang gemar bersedekah dan beramak untuk kepentingan akhirat nanti.
Fuad Kauma. Tamsil Al-Qur’an. Mitra Pustaka: Yogyakarta. 2000.

MENGUNGKAP RAHASIA DI BALIK AYAT KURSI

Keutamaan Ayat Kursi
Semua surat dalam al-Qur’an adalah surat yang agung dan mulia. Demikian juga seluruh ayat yang dikandungnya. Namun, Allah ta’ala dengan kehendak dan kebijaksanaanNya menjadikan sebagian surat dan ayat lebih agung dari sebagian yang lain. Surat yang paling agung adalah surat al-Fatihah, sedangkan ayat yang paling agung adalah ayat kursi, yaitu di surat Al-Baqarah, ayat 255. Yang akan kita pelajari bersama dalam kesempatan ini adalah ayat kursi.


Ubay bin Ka’b radhiallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
http://ilmuhikmahkaromahayatulkursi.files.wordpress.com/2012/10/730251690380569911942.jpg“Wahai Abul Mundzir (gelar kunyah Ubay), tahukah engkau ayat mana di kitab Allah yang paling agung?”
Aku menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”
Beliau berkata, “Wahai Abul Mundzir, Tahukah engkau ayat mana di kitab Allah yang paling agung?”
Aku pun menjawab,
??????? ??? ?????? ?????? ???? ???????? ???????????
Maka beliau memukul dadaku dan berkata, “Demi Allah, selamat atas ilmu (yang diberikan Allah kepadamu) wahai Abul Mundzir.” (HR. Muslim no. 810)


Dalam kisah Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu dengan setan yang mencuri harta zakat, disebutkan bahwa setan tersebut berkata,

“Biarkan aku mengajarimu beberapa kalimat yang Allah memberimu manfaat dengannya. Jika engkau berangkat tidur, bacalah ayat kursi. Dengan demikian, akan selalu ada penjaga dari Allah untukmu, dan setan tidak akan mendekatimu sampai pagi.”

Ketika Abu Hurairah menceritakannya kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam, beliau berkata,
“Sungguh ia telah jujur, padahal ia banyak berdusta.” (HR. al-Bukhari no. 2187)
Dalam kisah lain yang mirip dengan kisah di atas dan diriwayatkan Ubay bin Ka’b radhiallahu ‘anhu, disebutkan bahwa si jin mengatakan:
???? ???????? ????? ??????? ??????? ?????? ?????? ???????? ? ?????? ???????? ????? ???????? ??????? ?????? ?????? ????????
“Barangsiapa membacanya ketika sore, ia akan dilindungi dari kami sampai pagi. Barangsiapa membacanya ketika pagi, ia akan dilindungi sampai sore.” (HR. ath-Thabrani no. 541, dan al-Albani mengatakan bahwa sanadnya bagus)

Dalam hadits yang lain, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
???? ?????? ????? ???????????? ?????? ????? ?????? ??????????? ???? ?????????? ???? ??????? ??????????? ???? ?????????
“Barangsiapa membaca ayat kursi setelah setiap shalat wajib, tidak ada yang menghalanginya dari masuk surga selain kematian.” (HR. ath-Thabrani no. 7532, dihukumi shahih oleh al-Albani)
Disunnahkan membaca ayat ini setiap (1) selesai shalat wajib, (2) pada dzikir pagi dan sore, (3) juga sebelum tidur.

Tafsir Ayat Kursi
??????? ??? ?????? ?????? ???? ???????? ???????????
“Allah, tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) selain Dia Yang hidup kekal serta terus menerus mengurus (makhluk).”
Allah adalah nama yang paling agung milik Allah ta’ala. Allah mengawali ayat ini dengan menegaskan kalimat tauhid yang merupakan intisari ajaran Islam dan seluruh syariat sebelumnya. Maknanya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Konsekuensinya tidak boleh memberikan ibadah apapun kepada selain Allah.

Al-Hayyu dan al-Qayyum adalah dua di antara al-Asma’ al-Husna yang Allah miliki. Al-Hayyu artinya Yang hidup dengan sendirinya dan selamanya. Al-Qayyum berarti bahwa semua membutuhkan-Nya dan semua tidak bisa berdiri tanpa Dia. Oleh karena itu, Syaikh Abdurrahman as-Sa’di mengatakan bahwa kedua nama ini menunjukkan seluruh al-Asma’ al-Husna yang lain.

Sebagian ulama berpendapat bahwa al-Hayyul Qayyum adalah nama yang paling agung. Pendapat ini dan yang sebelumnya adalah yang terkuat dalam masalah apakah nama Allah yang paling agung, dan semua nama ini ada di ayat kursi.
??? ?????????? ?????? ????? ??????
“Dia Tidak mengantuk dan tidak tidur.”

Maha Suci Allah dari segala kekurangan. Dia selalu menyaksikan dan mengawasi segala sesuatu. Tidak ada yang tersembunyi darinya, dan Dia tidak lalai terhadap hamba-hamba-Nya.

Allah mendahulukan penyebutan kantuk, karena biasanya kantuk terjadi sebelum tidur.
Barangkali ada yang mengatakan, “Menafikan kantuk saja sudah cukup sehingga tidak perlu menyebut tidak tidur; karena jika mengantuk saja tidak, apalagi tidur.”
Akan tetapi, Allah menyebut keduanya, karena bisa jadi (1) orang tidur tanpa mengantuk terlebih dahulu, dan (2) orang bisa menahan kantuk, tetapi tidak bisa menahan tidur. Jadi, menafikan kantuk tidak berarti otomatis menafikan tidur.
???? ??? ??? ????????????? ????? ??? ?????????
“Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi.”
Semesta alam ini adalah hamba dan kepunyaan Allah, serta di bawah kekuasaan-Nya. Tidak ada yang bisa menjalankan suatu kehendak kecuali dengan kehendak Allah.
???? ??? ??????? ???????? ???????? ?????? ??????????

“Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya.”
Memberi syafaat maksudnya menjadi perantara bagi orang lain dalam mendatangkan manfaat atau mencegah bahaya. Inti syafaat di sisi Allah adalah doa. Orang yang mengharapkan syafaat Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berarti mengharapkan agar Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam mendoakannya di sisi Allah. Ada syafaat yang khusus untuk Nabi Muhammad, seperti syafaat untuk dimulainya hisab di akhirat, dan syafaat bagi penghuni surga agar pintu surga dibukakan untuk mereka. Ada yang tidak khusus untuk Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, seperti syafaat bagi orang yang berhak masuk neraka agar tidak dimasukkan ke dalamnya, dan syafaat agar terangkat ke derajat yang lebih tinggi di surga.

Jadi, seorang muslim bisa memberikan syafaat untuk orang tua, anak, saudara atau sahabatnya di akhirat. Akan tetapi, syafaat hanya diberikan kepada orang yang beriman dan meninggal dalam keadaan iman. Disyaratkan dua hal untuk mendapatkannya, yaitu:
  1. Izin Allah untuk orang yang memberi syafaat.
  2. Ridha Allah untuk orang yang diberi syafaat.
Oleh karena itu, seseorang tidak boleh meminta syafaat kecuali kepada Allah. Selain berdoa, hendaknya kita mewujudkan syarat mendapat syafaat; dengan meraih ridha Allah. Tentunya dengan menaatiNya menjalankan perintahNya semampu kita, dan meninggalkan semua laranganNya.
???????? ??? ?????? ??????????? ????? ??????????
“Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka.”

Ini adalah dalil bahwa ilmu Allah meliputi seluruh makhluk, baik yang ada pada masa lampau, sekarang maupun yang akan datang. Allah mengetahui apa yang telah, sedang, dan yang akan terjadi, bahkan hal yang ditakdirkan tidak ada, bagaimana wujudnya seandainya ada. Ilmu Allah sangat sempurna.
????? ?????????? ???????? ???? ???????? ?????? ????? ?????
“Dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah kecuali dengan apa yang dikehendaki-Nya.”

Tidak ada yang mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah ajarkan. Demikian pula ilmu tentang dzat dan sifat-sifat Allah. Kita tidak punya jalan untuk menetapkan suatu nama atau sifat, kecuali yang Dia kehendaki untuk ditetapkan dalam al-Quran dan al-Hadits.

?????? ??????????? ????????????? ???????????
“Kursi Allah meliputi langit dan bumi.”
Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhu menafsirkan kursi dengan berkata:
?????????? ???????? ??????????
“Kursi adalah tempat kedua telapak kaki Allah.” (HR. al-Hakim no. 3116, di hukumi shahih oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi)

Ahlussunnah menetapkan sifat-sifat seperti ini sebagaimana ditetapkan Allah dan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam, sesuai dengan kegungan dan kemuliaan Allah tanpa menyerupakannya dengan sifat makhluk.

Ayat ini menunjukkan besarnya kursi Allah dan besarnya Allah. Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda:
??? ????????????? ???????? ???? ??????????? ?????? ?????????? ????????? ??????? ???????
“Tidaklah langit yang tujuh dibanding kursi kecuali laksana lingkaran anting yang diletakkan di tanah lapang.” (HR. Ibnu Hibban no.361, dihukumi shahih oleh Ibnu Hajar dan al-Albani)

????? ????????? ???????????
“Dan Allah tidak terberati  pemeliharaan keduanya.”
Seorang ibu, tentu merasakan betapa lelahnya mengurus rumah sendirian. Demikian juga seorang kepala desa, camat, bupati, gubernur atau presiden dalam mengurus wilayah yang mereka pimpin. Namun, tidak demikian dengan Allah yang Maha Kuat. Pemeliharaan langit dan bumi beserta isinya sangat ringan bagi-Nya. Segala sesuatu menjadi kerdil dan sederhana di depan Allah.
?????? ?????????? ??????????
“Dan Dia Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Allah memiliki kedudukan yang tinggi, dan dzat-Nya berada di ketinggian, yaitu di atas langit (di atas singgasana). Dalam sebuah hadits, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya kepada seorang budak perempuan: “Di mana Allah?”

Ia menjawab, “Di langit.”
Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam bertanya, “Siapa saya?”
Ia menjawab, “Engkau adalah Rasulullah.”
Maka, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam berkata kepada majikannya (majikan budak perempuan tersebut -ed), “Bebaskanlah ia, karena sungguh dia beriman!” (HR. Muslim no. 537)
Jelaslah bahwa keyakinan sebagian orang bahwa Allah ada dimana-mana bertentangan dengan al-Qur’an dan al-Hadits.
Demikian pula Allah memiliki kedudukan yang agung dan dzatnya juga agung sebagaimana ditunjukkan oleh keagungan kursiNya dalam ayat ini.

Kesimpulan:
  1. Semua ayat al-Qur’an agung. Adapun ayat yang paling agung adalah ayat kursi.
  2. Disunnahkan untuk membaca ayat ini setiap selesai shalat wajib, pada dzikir pagi dan sore, dan sebelum tidur.
  3. Penegasan kalimat tauhid.
  4. Arti al-Hayyu dan al-Qayyum yang menunjukkan seluruh nama Allah yang lain.
  5. Semua bentuk  kekurangan harus dinafikan dari Allah.
  6. Arti syafaat dan syarat memperolehnya.
  7. Ilmu Allah sangat sempurna.
  8. Kita hanya menetapkan untuk Allah nama dan sifat  yang ditetapkan oleh Allah dan RasulNya sesuai dengan keagungan dan kemuliaanNya, tanpa menyerupakannya dengan nama dan sifat makhluk.
  9. Arti dan keagungan kursi Allah.
  10. Ketinggian dan keagungan Allah dalam dzat dan kedudukan.
  11. Kesalahan orang yang mengatakan Allah ada di mana-mana.
  12. Penetapan banyak nama dan sifat Allah yang menunjukkan kemuliaan dan kesempurnaan-Nya.

Referensi:
  1. Al-Quran dan  Terjemahnya
  2. Tafsir Ibnu Katsir
  3. Fathul Qadir, asy-Syaukani
  4. Taysirul Karimir Rahman, Abdurrahman as-Sa’di
  5. Shahih al-Bukhari
  6. Shahih Muslim
  7. Al-Mu’jam al-Kabir, ath-Thabrani
  8. al-Mustadrak, al-Hakim.
  9. Shahih Ibnu Hibban
  10. Shahih Targhib wa Tarhib, al-Albani
  11. Silsilah Ahadits Shahihah, al-Albani
  12. Fathul Majid, Abdurrahman bin Hasan
  13. Fiqhul Asma’il Husna, Abdurrazzaq al-Badr
  14. Al-Qamus al-Muhith, al-Fairuzabadi

Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi berkata: “…tiada kehidupan untuk hati, tidak ada kesenangan dan ketenangan baginya, kecuali dengan mengenal Rabbnya, Sesembahan dan Penciptanya, dengan Asma’, Sifat dan Af’al (perbuatan)-Nya, dan seiring dengan itu mencintai-Nya lebih dari yang lain, dan berusaha mendekatkan diri kepada-Nya tanpa yang lain…” (Syarah al-Aqidah ath-Thahawiyyah)
***
Penulis: Ustadz Anas Burhanuddin, Lc.

 

4/07/2013

KUMPULAN HADITS ROSULULLOH SAW

Berikut Kata Kata Hikmah Nabi Muhammad | Nasehat Rasulullah Saw yang menyejukkan qalbu kita. Dimana hadits / nasihat Rasulullah ini ibarat setetes air di padang gersang, atau bagaikan oase yang begitu menyejukkan dan menyegarkan. Apalagi di tengah dunia yang hiruk pikuk dengan kecintaan duniawi dan konsumerisme dimana ukuran norma-norma agama menjadi kabur. Maka sudah seharusnya kita untuk merenungi berbagai nasihat Rasulullah Saw yang selama ini kita lupakan. Semoga bisa kita dapat mengambil hikmah atas semua kejadian yang menimpa kita dan selalu senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, Amin.
gambar Kumpulan Hadist Rasulullah Saw, Kata Kata Hikmah Nabi Muhammad
 Gambar Nasihat Nabi yang menyejukkan Qalbu layaknya tetesan embun
Hadits Rasulullah SAW tentang Bersyukur :
Barang siapa yang memperhatikan kepentingan saudaranya,
maka Alah akan memperhatikan kepentingannya.
Barangsiapa yang melapangkan suatu kesulitan sesama muslim,
maka Allah akan melapangkan satu kesulitan
dari beberapa kesulitan dihari kiamat.
Dan barangsiapa yang menutupi kejelekan orang lain
maka Allah akan menutupi kejelekannya dihari kiamat.
(H.R Bukhari dan Muslim)

Hadits Rasulullah SAW tentang Bersedekah / memberi :
bersedekahlah kamu karena sedekah itu sebagai penebusmu dari api neraka.
(H.R Thabrani)

Hadits Rasulullah SAW tentang Kaya Jiwa :
Bukanlah yang dinamakan kaya karena banyak simpanan harta benda,
tetapi yang disebut kaya, adalah kaya diri (jiwa).
                                                    (H.R Bukhari dan Muslim)          

Hadits Rasulullah SAW tentang Dakwah :
Allah akan memberikan cahaya yang berkilauan pada seseorang yang telah
mendengar ajaranku, lalu disampaikannya kepada yang lain sebagaimana
yang didengarnya. Adakalanya orang yang disampaikan kepadanya
lebih mengerti daripada pendengar itu sendiri.
(H.R Ahmad)

Hadits Rasulullah SAW tentang Taubat :
Semua anak adam itu berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang yang berbuat
kesalahan itu ialah orang-orang yang mau bertaubat.
(H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

Andaikan kamu berbuat dosa sehingga dosamu mencapai langit,
kemudian kalian bertaubat niscaya Allah memberi ampunan kepadamu.
(H.R. Ibnu majah)

Hadits Rasulullah SAW tentang kesabaran :
Sungguh seorang mukmin amat menakjubkan, segala urusannya amat baik
baginya dan hal itu tidak terdapat kecuali hanya pada orang mukmin saja.
Jika mendapat kesenangan, maka ia bersyukur, tentunya
hal itu amat baik bagi dirinya. Jika mendapat kemalangan,
maka ia bersabar, tentunya hal itu amat baik baginya.
(H.R. Muslim)

Hadits Rasulullah SAW tentang Ujian Hidup :
Dari Abu Said dan Abu Hurairah ra: nabi bersabda :
”Tidak seorang muslimpun yang tertimpa kesulitan,
sakit, kesusahan sampai pun hanya terkena duri,
melainkan hal itu akan menghapus dosa-dosanya.”

Hadits Rasulullah SAW tentang Intropeksi Diri :
Orang yang berakal adalah orang yang selalu mengoreksi dirinya,
dan memperbanyak amalan untuk bekal mati
dan orang yang lemah adalah seorang yang mengikuti hawa nafsunya,
tetapi berkahayal pahala kepada Allah Ta’ala.
(H.R.Tirmidzi)

Hadits Rasulullah SAW tentang Kesehatan :
“Ada dua kenikmatan yang dilalaikan oleh kebanyakan  orang,
yaitu kesehatan dan waktu kosong.”
(H.R. Bukhari)

Hadits Rasulullah SAW tentang Mencintai Sesama Muslim :
Kata Anas ra : Nabi SAW bersabda :
“Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian, sapai ia mencintai saudaranya
sesama muslim, sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”

Hadits Rasulullah SAW tentang Pemimpin :
ma’qil ibnu yasar berkata: “Rasulullah saw bersabda:
“Tiada seorang pun yang diminati oleh Allah untuk memimpin rakyatnya,
kemudian ia mati sebagai seorang koruptor,
maka pasti Allah akan mengharamkan baginya surga.”

Hadits Rasulullah SAW tentang Berkata Baik :
Ady Ibnu ra berkata: Rasulullah SAW bersabda :
”jagalah dirimu dari api neraka, walau hanya dengan
sedekah separuh biji kurma,
jika tidak bisa berbuat demikian,
maka berbuatlah baik walau hanya dengan kata-kata yang manis.”

Semoga setelah membaca dan merenungi nasihat Rasulullah SAW datas kita dapat mengintropeksi diri kita agar kembali kepada keridhaan Allah SWT semata.
Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta nasihat-menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.(Q.S Al-‘Asr 1-3)

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More